Rabu, 31 Desember 2008

USAHA GURU DALAM MELIBATKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam standar isi mata pelajaran matematika untuk SMP/MTa pada bagian latar belakang disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistimatis,kritis, dan kreatif, seta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlikan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai seperti apa yang diharapkan diatas, bagaimana peran guru dalam mengelola pembelajaran di kelas mempunyai pengaruh yang sangat besar. Ini berarti strategi ataupun model pembelajaran yang akan dipilih dan digunakan oleh guru akan sangat berperan dalam ikut menentukan keberhasilan tujuan tersebut.
Dalam pembelajaran matematika, sebagian guru masih menerapkan metode konvensional. Proses pembelajaran yang dilaksanakan dikelas cenderung bertumpu pada aktivitas guru. Guru berperan aktif sedangkan siswa hanya menerima pengetahuan yang disampaikan guru. Dalam hal ini proses pembelajaran matematika masih belim dapat melibatkan siswa secara aktif. Seto mulyadi mengungkapkan bahwa matematika merupakan ilmu pasti yang menuntut pemahaman dan ketekunan berlatih. Menghafal rumus-rumus dan cara mengerjakan soal bukan langkah yang tepat membuat anak cakap dalam ilmu ini. Guru seharusnya memiliki metode mengajar yang dapat menggugah minat siswanya .( http://ganeca.blogspirit.com)
Dalam pembelajaran konvensional, yang mana guru menjadi yang paling dominan didalam pembelajaran akan berdampak tidak baik. Interaksi antara guru dengan siswa tidak berjalan dengan baik. Siswa pada umumnya bersifat individual, enggan berbagi dengan temannya dan belim mampu bekerja sama dengan baik. Sebagian besar siswa enggan bertanya pada guru apabila mereka mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika. Siswa cenderung malu malu, takut dan tampak ragu ragu jika diminta untuk mengerjakan didepan kelas atau menjawab pertanyaan guru. Sehingga guru harus menunjuk siswa sebagai upaya agar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.

B. Perumusan Masalah
Menyikapi dari uraian diatas, menurut hemat penulis adalah magaimanakah usaha guru didalam bembuat siswa agar mereka terlibat aktif dalam pembelajaran matematika ?

BAB II
USAHA GURU DIDALAM MELIBATKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Tugas seorang guru didalam pembelajaran matematika dituntut untuk membekali peserta didiknya dengan kemampuan berfifir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika guru bukan hanya sekedar menyampaikan materi, menghafal rumus, dan memberikan latihan dan soal soal saja, tetapi guru dituntut untuk bisa melibatkan peran aktif siswa didalam proses pembelajaran matematika, sehingga kecakapan siswa dalam matematika benar benar dapat terwujud.
Usaha guru dalam melibatkan siswa secara aktif tercermin dalam kegiatan guru yang mencakup minimal dua hal, yaitu :
1. Mempersiapkan Pengelolaan Kelas Yang Baik.
Pengelolaan kelas adalah suatu upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar ( Ahmadsudrajad.file.wodpress.com). Pengelolaan kelas ini meliputi pembinaan nilai rapor, pemberhentian tingkah laku yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran , penyelesaian tugas tugas siswa secara tepat waktu, maupun penetapan norma kelompok yang produktif.
Dalam pengelolaan kelas mencakup pengaturan orang (dalam hal ini siswa ) maupun fasilitas yang ada pada kelas tersebut.
Dalam pengelolaan kelas, guru dituntut untuk mengadakan pendekatan pada peserta didik dengan didasari rasa tulus, menerima dan menghargai siswa apa adanya serta mengerti dari sudut pandang siswa . Disamping itu guru juga dituntut mampu menggunakan fasilitas yang dimiliki kelas tersebut sebesar-besarnya untuk membelajarkan siswa.
2. Penggunaan Model Model Pembelajaran.
Dewasa ini banyak ahli yang berpendapat bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang baik perlu sekali melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Dalam pembelajaran matematika perlu dibuat model pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Ada berbagai macam model –model pembelajaran yang berorientasi pada PAKEM tersdebut. Disamping itu ada juga model pembelajaran kooperatif, pendekatan kontekstual, pembelajaran berdasrkan masalah ataupun model penemuan(inkuiri). Kesemuanya itu berorientasi untuk melibatkan siswa secara aktif didalam proses pembelajaran matematika.
Berikut ini beberapa contoh model-model pembelajaranyang dapat kita gunakan, antara lain :

A. Tipe JIGSAW
Pada model ini , kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan 4-6 orang. Setiap kelompok dinamai kelompok jigsaw (gigi gergaji). Pelajaran dibagi dalam beberapa bagian/seksi sehingga setiap siswa mempelajari salah satu bagian pelajaran tersebut. Semua siswa dengan bagian pelajaran yang sama belajar bersama dalam sebuah kelompok, dan dikenal sebagai Counterpart Group (CG). Dalam setiap CG siswa berdiskusi dan mengklarifikasi bahan pelajaran dan menyusun sebuah rencana bagaimana cara mereka belajar kepada teman mereka dari kelompok lain. Jika sudah siap, siswa kembali ke kelompok jigsaw mereka, dan mengajarkan bagian yang dipelajari masing masing kepada temannya dalam kelompok jigsaw tersebut.
B. Tipe STAD
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Masing masing kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan heterogen. Guru memberikan pelajaran , kemudian siswa bekerja dalam kelompok, saling membantu satu sama lain untuk memahami materi dan mengerjakan tugas. Kemudian semua siswa mengerjakan kuis secara individu.
C. Tipe TGT
TGT menekankan adanya kompetisi seperti pada STAD, tetapi kompetisi dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antar anggota tim dalam bentuk “turnamen”. Dalam turnamen ini kelompok terdiri dari 3 siswa yang sesuai dengan nilai matematika sebelumnya. Siswa yang mempunyai pencapaian tinggi akan bermain dengan siswa yang mempunyai pencapaian tinggi, dan siswa yang mempunyai pencapaian rendah akan bermain dengan siswa yang mempunyai pencapaian rendah.
D. Tipe TAI
Model pembelajaran tipe TAI dikembangkan oleh slavin dengan beberapa alasan, yaitu :
a. Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual.
b. Model ini memberikan tekanan pada efek social dari belajar kooperatif.
c. TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalkan dalam hal kesulitan belajar secara individu.
Tahapan tahapan dalam model TAI antara lain : tes penempatan dan pembentukan kelompok, belajar secara individu, belajar kelompok, tes, perhitungan nilai kelompok dan penghargaan bagi kelompok.
TAI mempunyai dinamika motifasi seperti SAD dan TGT. Meskipun demikian , individualitas adalah bagiandari TAI yang membuatnya berbeda dari STAD dan TGT. Jika siswa dapat berkembang lebih cepat , maka mereka tidak harus menunggu sampai selesainya kelas (Robert E. Slavin, 1995:7-8).
E. Model Pendekatan Berdasar Masalah.
Terdapat lima tahapan utama didalam model pendekatan berdasar masalah, yaitu :
1. Orientasi siswa terhadap masalah itu.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

F. Model Pendekatan Kontekstual
Model pendekatan kontekstual adalah suatu konsep pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang akan diajarkannya dengan situasi dunianyata siswa dan mendoronga siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif (DIT.PLP,2003:5), yaitu :
a. Konstruktifisme (Construktivism)
b. Menemukan (inkuiri)
c. Bertanya (Questioning)
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
e. Pemodelan ( Modeling)
f. Refleksi (Reflection)
g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic assessment)
G. Model Penemuan (inkuiri)
Model penemuan (inkuiri)adalah serangkaian kebiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pada umumnya , kegiatan Tanya jawab antara guru dengan siswa dilakukan dalam proses berfikir tersebut (WIna, 206:194). Selanjutnya Wina menyebutkan ada beberapa hal yang menjadi cirri utama strategi pembelajaran inkuiri, yaitu :
a. Srategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Ini berarti bahwa siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
b. Seluruk aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawabannya sendiri dari sesuatu yang dipertanyakannya. Oleh karena itu, dalam strategi ini guru ditempatka sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
c. Tujuan dari strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berfikir siswa secara sistematis, logis, dan kritis.
Pada umumnya, langkah-langkah pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai berikut (Wina, 2006, 199-203) :
a. Orientasi
b. Perumusan Masalah
c. Merumuskan Hipotesis
d. Mengumpulkan data
e. Menguji Hipotesis
f. Merumuskan Kesimpulan

Dan tentunya masih banyak lagi model model pembelajaran yang kesemuanya itu berorientasi untuk melibatkan siswa secara aktif didalam proses pembelajaran.

BAB III
USAHA GURU DALAM MELIBATKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA ANTARA TEORI DAN PENGALAMAN

Model-model pembelajaran moderen yang dipaparkan diatas disamping sangat efektif dan teruji didalam melibatkan siswa secara aktif pada proses pembelajaran matematika, metode tersebut juga menuntut guru untuk benar-benar mempersiapkan diri pada proses pembelajaran yang akan disampaikan. Disamping itu metode-metode pembelajaran tersebut juga mampu mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran, bicara, mengemukaan pendapat, dan bekerja secara bersama-sama dengan kelompok untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan dan direncanakan oleh guru. Dengan demikian diharapkan siswa lebih menguasai materi yang dipelajarinya. Tentusaja kesemuanya itu harus didampingi oleh bimbingan seorang guru yang profesional .
Namun demikian tentusaja masih banyak kendala-kendala yang dihadapi oleh guru di lapangan. Terlebih lagi pada sekolah sekolah rintisan atau sekolah sekolah pinggiran. Kendala kendala tersebut antara lain :
1. Fasilitas fasilitas sekolah yang belum memadai.
Disekolah-sekolah rintisan ataupun sekolah sekolah pinggiranfasilitas pembelajaran masih sangat minim. Belum adanya perpustakaan yang memadai, laboratorium matematika belum ada, dan alat alat peraga yang masih minim menghambat siswa didalam mencari sumber belajar yang mereka butuhkan.
2. Kemampuan siswa yang terbatas.
Kemampuan siswa yang sangat terbatas menjadi tantangan yang sangat besar bagi seorang guru untuk menghidupkan suasana pembelajaran kelas yang harmonis.Kurang mampunya mereka dalam berfikir kreatif, merasa rendah diri dan malu-malu menjadi kendala paling besar dalam proses pembelajaran yang aktif dan kreatif.
3. Lingkungan yang tidak mendukung.
Lingkungan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran . Karakteristik masyarakat dipinggiran yang senderung apatis dalam pendidikan menjadikan siswa juga apatis dalam belajar. Terlebih lagi bila lingkungan keluarga tidak begitu peduli dengan pendidikan anaknya. Maka seolah-olah siswa menjadi kehilangan lentera keluarga yang akan membanyu proses pembelajaran di sekolah.

Hal-hal yang seperti inilah yang sering menjadi kendala dilapangan yang kerap dijumpai seorang guru didalam fungsinya sebagai pendidik..

BAB IV
PENUTUP
Usaha menjadikan pendidikan di Indonesia lebih maju adalah menjadi harapan bagi seluruh warga Negara Indonesia. Guru sebagai ujung tompak pendidikan bangsa mempunyai tanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan yang baik.
Usaha guru didalam memajukan pendidikan bangsa dapat dilihat dalam berbagai upaya guru didalam menuntun siswa untuk menguasai materi pembelajaran. Upaya guru melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran adalah salah satu usaha guru untuk mendidik siswa agar lebih mendalami materi pelajaran yang dipelajari.
Pengelolaan kelas yang baik, didukung dengan metode pembelajaran yang baik pula , diharapkan mampu memberi solusi yang tepat guna menjadikan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Keterbatasan sarana pembelajaran di sekolah, keadaan lingkungan masyarakat dan kemampuan siswa menjadi kendala yang sangat dirasakan oleh guru. Kendala tersebut merupakan tanggung jawab bukan guru saja, melainkan juga tanggung jawab lingkungan keluarga, masyarakat, dan Negara. Bila kendala kendala tersebut dapat diatasi bersama maka insyaAllah pendidikan yang selalu dicita-citakan oleh bangsa kita akan segera terwujud.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmadsudrajad.file.wodpress.com. di akses pada tanggal 28 Oktober 2008
Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2003). Pendekatan Kotekstual ( Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Direktorat PLP
http://ganeca.blogspirit.com/archive/2005/05/27/ge_mozaik_mei_2005_%E2%80%93 _bagaimana_mengajar_matematika_yang_benar.htm.
Robert E. Slavin.(1995). Cooperative Learning: Theori, Research and Practise. Boston: Allyn and Bacon.
Wina Sanjaya (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Prenada Media.
Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "USAHA GURU DALAM MELIBATKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA"

Posting Komentar